ProDaily, Sentul – Meski memengaruhi minat beli masyarakat, namun isu resesi ekonomi global yang gencar diberitakan tidak menyurutkan semangat pengembang untuk tetap berekspansi meluncurkan produk-produk terbarunya. Pelaku usaha properti memilih memperbanyak pameran dan melakukan promosi ke masyarakat.
“Sejak semester II-2022 memang berita-berita tentang resesi ekonomi global berdampak pada penjualan properti. Banyak masyarakat menunda pembelian karena khawatir resesi benar-benar terjadi. Padahal kondisi makro Indonesia masih kuat, dan ketersediaan pangan sejauh ini tidak masalah karena banyak dihasilkan dari dalam negeri,” kata I Wayan Madik Kesuma, Direktur Utama PT Kesuma Agung Selaras (KAS) pada Talkshow “Menelisik Potensi Pasar Properti di Selatan Jakarta” di Bogor, Kamis (22/12/2022).
Untuk menetralisir isu tersebut, kata Wayan, pengembang terus memperbanyak pameran properti, mengencarkan iklan di baliho dan media sosial serta menawarkan promo termasuk kemudahan pembayaran kepada konsumen. Peluncuran produk baru juga terus dilakukan secara cermat dan tepat sesuai target pasar.
PT KAS misalnya, dalam menyambut tahun 2023 yang sudah di depan mata telah menyiapkan pengembangan baru di atas lahan seluas 10 hektar di salah satu proyek eksisting-nya di kawasan Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Perumahan yang akan diluncurkan itu bergaya mezzanine dan dekat dengan kawasan wisata di Bogor.
“Lokasinya strategis, karena ada rencana dibangun jalan lingkar Dramaga dan dekat tol Bogor Outer Ring Road (BORR),” papar Wayan.
Menurutnya, pengembangan infrastruktur yang masif dalam beberapa tahun terakhir sedikit banyak membuat kawasan Bogor kian terbuka di akses dari berbagai kawasan sekitarnya. Selain itu, pilihan moda transportasi yang beragam seperti commuter line turut mempermudah masyarakat yang tinggal di Bogor. Kondisi udaranya juga relatif lebih baik dibanding kawasan sekitar Jakarta lainnya.
Dibanding 2021, penjualan di tahun ini diakui Wayan akan sedikit menurun karena efek dari isu resesi ekonomi global tadi yang cukup memengaruhi minat konsumen, juga akibat berhentinya stimulus pajak dari pemerintah di sektor properti terutama insentif Pajak Pertambahan Nilai Di Tanggung Pemerintah (PPN DTP) yang menyebabkan penurunan daya beli.
“Meski sedikit menurun, tetapi kami yakin pasar perumahan mampu bertahan bahkan tumbuh di 2023. Kami akan tetap berusaha dan berstrategi lebih matang terkait konsep produk dan pola pembiayaan yang melibatkan perbankan seperti Bank BTN yang banyak memberikan support terkait kredit pemilikan rumah (KPR),” ungkap Wayan.
Optimisme senada diungkap pula oleh Iriska Dewayani, Senior Vice President (SVP) Nonsubsidize Mortgage and Personal Lending PT Bank Tabungan Negara Tbk. Menurutnya, kawasan Selatan Jakarta memiliki pasar yang kuat sekali. Hingga kini, BTN telah bekerjasama dengan sekitar 5.000 proyek di Bogor Raya (Kota dan Kabupaten Bogor).
Dikatakan, dari jumlah pengembang tersebut pasar terbesar KPR BTN adalah rumah dengan harga Rp500 juta ke bawah, dan segmen ini potensinya cukup besar. “BTN akan terus garap pasar ini. Selain itu, kawasan ini memiliki aksesibilitas yang bagus, dan ke depannya juga semakin berkembang,” imbuh Iriska.
Terkait PT KAS , Iriska menegaskan bahwa pengembang ini di BTN termasuk pengembang Top 20 yang jumlah transaksinya setahun minimal Rp100 miliar. Dan sudah beberapa tahun ini selalu berada dalam circle Top 20 tersebut,
“Untuk itu kami banyak beri kemudahan kepada PT KAS. Mulai dari suku bunga fixed setahun 2,47%, KPR Ekspres yang hanya 3 hari proses hingga tenor panjang hingga 30 tahun serta kemudahan lainnya. Ujung-ujungnya konsumen yang akan dimudahkan untuk membeli rumah di proyek PT KAS,” jelasnya.
Melihat daya tahan industri saat ini, Iriska meyakini di 2023 pasar properti terlebih perumahan akan terus terus bertumbuh. Hal itu disebabkan pengembang perumahan lebih banyak menggunakan bahan baku lokal daripada impor. Sehingga saat masa pandemi lalu, pasar perumahan paling cepat pulih karena ekosistem di sekitarnya juga bergerak.
“Mungkin tahun politik akan sedikit memengaruhi tetapi biasanya setelah itu akan naik lagi. Biasa pembeli wait and see melihat komposisi pemerintahan baru, dan setelah itu normal kembali,” ungkap Iriska.
Proyek Strategis
Perumahan Graha Laras Sentul (GLS) di Jalan Raya Bogor saat ini menjadi salah satu proyek strategis andalan PT KAS. Pengembang belum lama ini membuka akses jalan dan membuat jembatan penghubung sepanjang satu kilometer yang membuat GLS terkoneksi langsung dengan Jalan Raya Bogor.
Wayan menjelaskan sejak dipasarkan pada pertengahan 2019, GLS seluas 23,5 hektar sudah terjual sebanyak 350 unit. Saat pandemi, menurutnya, penjualan justru meningkat karena konsumen melihat produk yang dikembangkan dan tersedia ready stock (rumah siap huni).
“Saat ini di GLS kami fokus memasarkan Cluster London. Rumah seharga Rp900 jutaan ini terdiri dari dua lantai. Desainnya compact bergaya apartemen, dan dilengkapi smart home serta solar panel,” kata Wayan.
Proyek lain adalah Griya Selaras Resort di Dramaga yang sudah dikembangkan lebih dulu dengan lahan pengembangan seluas 21,5 hektar. Awal tahun depan akan diluncurkan produk baru dengan harga di bawah Rp500 juta. (aps)