ProDaily, Bogor – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus mengembangkan konsep wisata berkelanjutan. Konsep ini diyakini mampu mendorong industri pariwisata Indonesia tumbuh lebih kuat di 2023.
Meski dihadang berbagai tantangan dan hambatan seperti pandemi dan perang Rusia-Ukraina yang memantik kekhawatiran terjadinya resesi global, namun stakeholder pariwisata di Tanah Air optimis prospek pariwisata Indonesia di tahun depan akan bangkit dan membaik. Optimisme tersebut terungkap pada diskusi diskusi Urban Forum-Forwada Tourism & Hospitality Industry Outlook 2023 bertajuk “Akselerasi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan” di Family Resto D’Kampoeng Bogor, Selasa (29/11/2022).
“Pariwisata berkelanjutan adalah sebuah proses (ruh) dan bukan hasil akhir. Hal itu tercermin dalam setiap penetapan kebijakan oleh Kemenparekraf,” ujar Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf Agustini Rahayu.
Dia mengatakan Kemenparekraf mengusung 5 isu strategis dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia, yakni Keberlanjutan, Daya Saing, Nilai Tambah, Digitalisasi dan Produktivitas. Sedangkan target capaian pariwisata berkelanjutan sesuai pesan Menparekraf adalah Pertumbuhan Ekonomi, Penciptaan Lapangan Kerja, serta Kebijakan yang Tepat Target, Waktu, dan Manfaat.
“Arah kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif bermuara pada pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh,” jelasnya.
Agustini menambahkan bahwa akibat situasi ekonomi yang tidak menentu, World Tourism Organization (UNWTO) memprediksi pemulihan pariwisata global baru akan tercapai pada tahun 2024 atau lebih. Faktor ekonomi dan mahalnya tiket dan akomodasi menjadi tantangan utama dunia pariwisata.
Disebutkan, pemulihan pariwisata global saat ini telah mencapai 65% dari tingkat sebelum pandemi. Diperkirakan ada sekitar 700 juta wisatawan yang melakukan perjalanan internasional antara Januari dan September 2022, atau lebih dari dua kali lipat (+133%) jumlah yang tercatat untuk periode yang sama pada tahun 2021.
“Hasil ini didorong oleh permintaan yang kuat, peningkatan tingkat kepercayaan dan pencabutan pembatasan di banyak destinasi. Diperkirakan 340 juta kedatangan internasional tercatat pada kuartal ketiga tahun 2022,” jelasnya.
Tren positif ini juga dirasakan oleh Indonesia. Agustini menuturkan, kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) periode Januari-September 2022 tercatat telah mencapai 2,26 juta orang. Angka ini naik 2.530,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Sementara sejalan dengan meredanya pandemi, jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) juga terus meningkat. Pada tahun 2021 tercatat 603 perjalanan wisnus atau 83,5% jumlah perjalanan tahun 2019.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia, Tbk. atau BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan ada 15 desa binaan BCA yang telah sukses menjalankan pariwisata berkesinambungan diantaranya Nagari Sikolek, Desa Petingsari, dan Kampung Adat SiIjungjung.
“Selama ini BCA telah berkontribusi dalam mempercepat digitalisasi di beberapa daerah wisata seperti yang dilakukan di 15 desa binaan BCA,” paparnya.
Jahja juga menyoroti tiga tantangan terbesar yang dihadapi dalam mengembangkan desa wisata. Pertama, minimnya sinergi antar lembaga yakni pemerintah daerah, komunitas desa, dan pihak swasta. Kedua, kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan pariwisata di komunitas tersebut. Ketiga, terbatasnya penyediaan fasilitas dasar penunjang wisata.
“Ini yang kita alami di lapangan, dimana banyak destinasi yang fasilitas penunjang wisata seperti sinyal jaringan seluler yang masih belum baik. Kita harapkan ini menjadi perhatian seluruh stakeholder pariwisata kita,” jelasnya.
Pemberdayaan Masyarakat
Direktur Operasional dan Keuangan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Persero, Bonai Subiakto menyoroti pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan lokasi wisata.
Menurutnya, SMF telah berupaya masuk ke ceruk ini dengan memberikan pinjaman bergulir kepada warga kurang mampu untuk dapat membangun rumahnya menjadi homestay bagi wisatawan.
“Program homestay ini merupakan program CSR kami. Dalam pelaksanaannya kami bekerjasama dengan Kemenparekraf dan juga dinas pariwisata setempat agar program yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tersebut bisa tepat sasaran,” ungkapnya.
Fasilitas pembiayaan homestay diberikan kepada masyarakat MBR yang tinggal di destinasi wisata prioritas dan destinasi wisata lain dengan plafon maksimal Rp150 juta per rumah.
Sementara itu, Yuno Abeta Lahay dari bidang Advokasi dan Kebijakan Publik Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) mengungkapkan optimismenya akan kebangkitan pariwisata Indonesia di tahun 2023. Hal ini karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan untuk memperpanjang program restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 yang akan berakhir pada Maret 2023.
“Perpanjangan restrukturisasi ini juga diberikan kepada segmen UMKM di sektor penyedia akomodasi dan makanan minuman. Ini sangat membantu kami,” jelasnya.
Sedangkan, Founder dan CEO hotelmurah.com, R. Ari Sudradjat menyoroti bisnis pendukung pariwisata berkelanjutan termasuk pada bisnis travel online.
Menurutnya, industri travel online harus fokus pada pertumbuhan net profit dan bukan pada bukan omset, jumlah download, followers, member, transaksi atau hal lainnya.
Mengutip Tourism Outlook 2023 Report bahwa secara global kedatangan turis akan meningkat hingga 30% di tahun 2023. Karenanya, pelaku bisnis travel online harus jeli peluang dan tantangan yang ada.
“Guna menyongsong kebangkitan industri pariwisata, para pelaku bisnis travel online harus bisa memperbanyak cara pembayaran dan melengkapi produk travel dengan produk non-travel. Intinya adalah harus berkolaborasi, bukan berkompetisi,” tegasnya.
Pengelola Hutan Organik Megamendung Bogor dan Pendiri Desa Wisata Cidereum, Bogor, Yuhan Subrata pada diskusi tersebut memaparkan upaya yang mereka lakukan dalam membangun sebuah ekosistem pariwista berkelanjutan berbasis desa wisata.
“Yang kami lakukan adalah memulai dari lingkungan, perbaiki lingkungannya, dan jika lingkungan sudah pulih maka dengan sendirinya pariwisata akan pulih,” ujar Yuhan.
Dia menceritakan, bagaimana kondisi Desa Wisata Cidereum Bogor yang sebelumnya bukan desa wisata karena sungainya kotor dan lokasinya menjadi tempat pembuangan sampah. Namun bersama masyarakat lokal dan dibantu pemda setempat, Yuhan berhasil memulihkan kembali lingkungan di kawasan Desa Cidereum.
“Sungainya dulu kotor, selama 15 tahun sebelum kami masuk warga desa enggan mandi di sungai itu. Namun kini berubah, dan warga dapat memanfaatkan sungai termasuk menjadi lokasi wisata lokal,” pungkasnya. (rin)