ProDaily, JAKARTA – Pasar properti di Bali diproyeksikan akan terus berkembang pesat, baik untuk subsektor hunian maupun komersial. Salah satu faktor utama pendorong pertumbuhan bisnis properti di Pulau Dewata adalah industri pariwisata yang semakin pesat. Pengembang optimistis kombinasi antara pariwisata yang berkembang dan peningkatan investasi asing akan terus memacu pertumbuhan harga properti.
Founder & CEO OXO Group Indonesia, Johannes Weissenbaeck menyebutkan Bali kini menjadi destinasi investasi properti yang populer, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat Asia. Meskipun diakuinya terdapat tantangan seperti perubahan regulasi dan masalah lingkungan.
“Daya tarik Bali sebagai tujuan wisata tetap menjadi faktor utama yang mendorong permintaan properti, baik dari wisatawan maupun investor global,” ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (22/11).
Johannes juga mencatatat adanya pergeseran minat wisatawan ke kawasan-kawasan baru di bagian barat Bali seperti Seseh, Kedungu, Cemagi, Nyanyi, dan Pererenan, yang membuka peluang baru bagi sektor properti di wilayah tersebut. Meskipun kawasan-kawasan yang lebih dahulu berkembang seperti Sanur, Seminyak, dan Ubud masih menjadi primadona, karena generasi mudalebih tertarik pada lokasi-lokasi yang lebih hijau dan terhubung dengan alam Bali.
Selain itu, menurutnya, percepatan pembangunan infrastruktur di Bali, seperti proyek Bali Urban Subway, diharapkan dapat mendorong peningkatan harga properti di daerah yang dilalui jalur transportasi publik tersebut. Pengalaman dari kota-kota yang telah memiliki fasilitas MRT atau LRT menunjukkan adanya lonjakan harga properti di kawasan yang terhubung dengan transportasi publik.
Johannes memperkirakan tahun 2025 akan menjadi tahun pertumbuhan bagi sektor properti Bali. Peningkatan minat investasi dari pembeli domestik dan internasional, serta kebijakan pemerintah yang mendukung investasi properti, menjadi faktor pendukung utama. Bali dikenal memiliki daya tarik yang luarbiasa berkat keindahan alam, kekayaan budaya, dan infrastruktur yang terus berkembang.
“Kini, Bali juga menjadi pusat gaya hidup global, menarik wisatawan dan profesional internasional yang mencari hunian jangka panjang,” imbuhnya.
OXO telah memulai pembangunan konstruksi (groundbreaking) proyek OXO The Residences. Properti berupa villa eksklusif tersebut pertama kali diperkenalkan ke pasar pada 8 Juni 2024, dan saat ini keseluruhan 40 unit villa telah habis terjual (sold out). Unit villa di proyek tersebut dijual dengan harga mulai Rp8 miliar hingga Rp16 miliar per unit.
“Dengan prospek pasar yang diperkirakan makin cerah, maka tahun depan kami sedang menyiapkan satu proyek terbaru di Bali dengan segmen harga pasar yang hampir sama dengan sebelumnya,” kata Johannes.
Investasi Properti
Kawasan Nyanyi, lokasi proyek OXO The Residences, menawarkan keseimbangan antara kedekatan dengan pusat gaya hidup Bali dan ketenangan lingkungan alami. Hal ini semakin memperkuat daya tarik Bali sebagai destinasi yang ideal untuk hunian mewah dan investasi properti.
Sales Marketing Director OXO Group Indonesia, Anggun Melati mengatakan pembeli properti di Bali terdiri dari dua kategori utama yakni investor lokal yang mencari peluang bisnis dan pembeli internasional yang ingin memiliki aset di destinasi global. Pembeli asing yang paling dominan berasal dari Australia, Eropa, dan Asia Tenggara.
“OXO Group merespons kebutuhan pasar ini dengan menawarkan skema kepemilikan yang memungkinkan dapat menarik minat pembeli global,” jelasnya.
OXO menawarkan skema kepemilikan hak milik (freehold) yang diharapkan dapat menjadi pengungkit daya jual sekaligus pemikat minat para investor lokal. Saat ini, ungkap Anggun, banyak ekspatriat (pekerja asing) juga melirik properti freehold di Bali. “Memang ini suatu konsep yang baru, namun sistem dan regulasi pemerintah saat ini sudah cukup baik untuk menunjang hak kepemilikan bagi warga negara asing,” ujarnya.
Data dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali menunjukkan jumlah kedatangan wisatawan asing pada delapan bulan pertama 2024 mencapai 4,47 juta orang, meningkat 22,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Wisatawan asing yang paling banyak datang berasal dari Australia, diikuti India, China, Britania Raya, dan Korea Selatan.
Berdasarkan data REID (realinfo.id), harga properti di Bali meningkat rata-rata 7% setiaptahun selama lima tahun terakhir, dengan beberapa daerah mengalami pertumbuhan yang lebih signifikan. Bali juga menawarkan imbal hasil sewa (rental yield) tertinggi di Indonesia, yang mencerminkan potensi investasi properti yang menguntungkan.
Pada Juni 2024, total pendapatan dari sektor properti Bali tercatat mencapai US$142 juta, sebuah peningkatan yang signifikan sebesar 33% dibandingkan bulan sebelumnya. (aps)