ProDaily, JAKARTA – Kinerja Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) telah sesuai target. Pada 2022, realisasi penyaluran dana fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) BP Tapera mencapai 226 ribu unit senilai Rp 25,15 triliun atau sesuai target yang dicanangkan.
Sementara per September 2023, realisasi penyaluran dana FLPP mencapai 166.883 unit senilai Rp 18,91 triliun. Sampai akhir tahun, jumlah penyaluran dana FLPP bakal mencapai 229 ribu unit.
“Kami optmitistis target FLPP tahun ini tercapai. Kami akan kebut penyaluran kuartal IV tahun ini lewat koordinasi dengan perbankan,” kata Komisioner BP Tapera Adi Setianto dalam diskusi Peran BP Tapera dalam Ekosistem Perumahan yang digelar Forum Peduli Rumah Rakyat (FPPR) di Jakarta, Sabtu (7/10).
Adi menjelaskan, secara prinsip kebutuhan pembiayaan rumah masih sangat besar. Buktinya, compounded annual growth rate (CAGR) atau dikenal dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan penyaluran dana FLPP BP Tapera mencapai 27,42% selama 2020-2023. Sekarang, katanya, tinggal bagaimana masyarakat menjangkau BP Tapera atau sebaliknya.
Dia menegaskan, BP Tapera memberikan pembiayaan perumahan melalui dana Tapera dan FLPP. Pembiayaan dana tapera terdiri atas kredit pemilikan rumah (KPR), kredit bangun rumah (KBR), dan kredit renovasi rumah (KRR), dengan suku bunga kompetitif 5%. Dalam KPR, tenor pembiayaan BP Tapera mencapai 35 tahun untuk sarusun dan 30 tahun untuk rumah tapak, sedangkan KBR 20 tahun, dan KRR 10 tahun. Sementara itu, bunga KPR dana FLPP yang disalurkan BP Tapera 5% dan tenor 20 tahun.
Ditambahkan, sumber dana Tapera adalah dana peserta, terdiri atas hasil penghimpunan peserta, hasil pemupukan simpanan peserta, hasil pengembalian kredit, dan hasil pengalihan aset tabungan perumahan pegawai. Kemudian, dana lainnya, seperti wakaf, dan dana FLPP. Sedangkan peserta Tapera ada dua, yakni didaftarkan perusahaan atau ASN dan pekerja mandiri.
“Tahun ini, BP Tapera menargetkan menjadi 30 ribu peserta mandiri dengan target penyaluran FLPP 50 ribu,” kata Adi Setianto.
Dia menambahkan, dana peserta kemudian dikelola berdasarkan kontrak dana pengelolaan Tapera (KPDT) oleh bank kustodian (BK). Selanjutnya, BK dalam rangka pemupukan dana Tapera bekerja sama dengan manajer investasi untuk melakukan kontrak investasi kolektif (KIK). Instrumen investasinya adalah yang berisiko rendah, seperti pasar uang, obligasi, surat berharga perumahan, dan investasi lain yang aman dan menguntungkan.
“MI pengelola dana KIK Tapera adalah Bahana, Batavia Prosperindo, BNI Asset Management, Mandiri Investasi, Danareksa Investment Management, Schroders, dan Manulife Investment Management. Selanjutnya, BP Tapera memberikan informasi jumlah saldo tabungan, jumlah unit pernyataan dan NAB per unit,” paparnya.
Menurut data, nilai aktiva bersih/unit penyertaan (NAB/UP) Tapera terus naik sejak diluncurkan pada 14 Juni 2021. Saat itu, NAB/UP mencapai Rp1.000, sedangkan per 29 September 2023 mencapai Rp1.075 dengan NAB Rp7,21 triliun. Artinya, imbal hasil KDPT sejak peluncuran pada 2021 mencapai 7,53% (net), di atas deposito Himbara sebesar 2,78% (gross).
Sementara itu, KDPT syariah dirilis pada Februari 2022 dengan NAB/UP Rp1.000. Per 29 September 2023, NAB/UP mencapai Rp1.052, sedangkan NAB Rp505,7 miliar. Imbal hasil (net) mencapai 5,23%.
Adi menambahkan, BP Tapera juga menerima peralihan dana dari Bapertarum dengan peserta 5,04 juta senilai Rp11,8 triliun per Desember 2020. Dari jumlah itu, berdasarkan penelahaan BP Tapera, peserta pensiun-ahli waris 1,02 juta senilai Rp 2,69 triliun, sedangkan peserta aktif 4,02 juta senilai Rp 9,18 triliun.
Konsep Cantik
Sementara itu, Ekonom Senior dari Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip mengatakan dalam rangka memperkuat ekosistem likuiditas murah, pemerintah telah membentuk BP Tapera. Badan ini bertugas menghimpun tabungan, mengelola dan memupuknya melalui berbagai instrumen investasi. Hasil dari pengelolaan dana tersebut kemudian dipergunakan untuk membiayai kebutuhan perumahan bagi pesertanya.
“Jadi, konsep Tapera ini sebenarnya konsep pengembangan likuiditas perumahan yang cantik, dengan beberapa pertimbangan,” tegas dia di diskusi yang sama.
Pertama, dia menerangkan, Tapera menggabungkan antara konsep pembiayaan dan tabungan hari tua. Kedua, Tapera menggabungkan konsep gotong royong dan kemandirian. Ketiga, Tapera menggabungkan konsep tabungan jangka panjang yang match dengan pembiayaan perbankan.
Dijelaskan, konsep tabungan pada Tapera yang bersifat jangka panjang cocok (match) dengan karakteristik pembiayaan perumahan yang juga bersifat jangka panjang. BP Tapera tidak menyalurkan pembiayaan kepada peserta, melainkan oleh bank pelaksana pembiayaan. Dalam konteks ini, kerja sama BP Tapera dengan bank pelaksana menjadi solusi atas masalah mismatch yang dialami perbankan,” kata dia.
“Berdasarkan uraian ini, BP Tapera dapat berperan penting dalam ekosistem pasar keuangan,” ungkap Sunarsip. (aps)