ProDaily, BSD CITY – Bertambahnya emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi menyebabkan perubahan iklim yang semakin parah. Badan meteorologi dunia mencatat, pada tahun 2022 secara global telah terjadi kenaikan suhu mencapai 1,15 derajat celsius. Tidak hanya berdampak pada kenaikan temperatur bumi, pemanasan global atau global warming ini juga dikhawatirkan memunculkan krisis pangan dan berbagai bencana alam.
Untuk meminimalisir pemanasan global, saat ini Pemerintah Indonesia berkomitmen menerapkan prinsip Environmental, Social, Governance (ESG) yang perlu didukung oleh seluruh stakeholders guna memastikan pembangunan berkelanjutan berjalan.
Perusahaan properti terkemuka nasional, Sinar Mas Land menjadi salah satu pengembang properti di Indonesia yang telah mengimplementasikan konsep pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan ini, bahkan sebelum proses ESG diterapkan pemerintah. Sinar Mas Land juga mendukung penuh kebijakan pemerintah untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Chief Risk & Sustainability Officer Sinar Mas Land, M. Reza Abdulmajid menegaskan untuk mewujudkan visi perusahaan yakni ‘Building a Better Future’, Sinar Mas Land sudah melakukan langkah konkret dengan terus menerus melakukan pembangunan berkelanjutan yang diterapkan dalam produk properti dengan target mengurangi emisi karbon hingga 34% dari penggunaan listrik pada tahun 2034.
Menurutnya, upaya penerapan konsep sustainable development ini memberikan dampak yang positif bagi pengembang dan pemilik properti seperti pengurangan biaya operasional, penghematan penggunaan energi listrik, hingga peningkatan kesehatan dan produktivitas penghuni. Selain itu, dampak positif yang dihasilkan dari penerapan konsep pembangunan berkelanjutan adalah akan mendorong konsumen melirik rumah atau bangunan yang ramah lingkungan untuk investasi dan dimiliki.
“Misalnya bangunan komersial kami seperti gedung perkantoran BSD Green Office Park, saat ini tingkat huniannya mencapai di atas 93 persen. Terlebih, sekarang tren green living juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban,” kata Reza Abdulmajid pada acara talkshow bertajuk “Penerapan ESG dan Dampaknya Bagi Sektor Properti” di BSD City, Rabu (2/8).
Dia menambahkan, inisiatif yang sudah dilakukan Sinar Mas Land antara lain penerapan material ramah lingkungan, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui penerapan panel surya di bangunan-bangunan komersial, sarana penerangan jalan hingga pemanfaatan layanan Renewable Energy Certificate (REC) dari PT PLN (Persero). Melalui layanan tersebut, Sinar Mas Land turut mendukung komitmen pemerintah dan mengambil bagian dalam mengurangi emisi CO2.
Selain mengoptimalkan sertifikat EBT, sejumlah gedung perkantoran milik Sinar Mas Land juga telah mendapatkan sertifikasi Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Selanjutnya, untuk kawasan perkantoran BSD Green Office Park sudah tersertifikasi Gold Green District dari Building Construction Authority (BCA) Singapura.
Reza Abdulmajid menegaskan, perusahaan terus berkomitmen untuk menerapkan konsep sustainable development dalam setiap produk hunian hingga kegiatan bisnisnya. Bahkan dalam mendukung komitmen tersebut, Sinar Mas Land telah bekerja sama dengan Chandra Asri untuk mengaplikasikan aspal dengan campuran sampah plastik sepanjang 3,8 km atau 56.138 m2 di kawasan BSD City pada 2022 dan berlanjut hingga tahun 2023.
Partner Risk Assurance PwC, Meita Laimanto mengatakan penerapan ESG tidak hanya berdampak pada aspek kehidupan kita sebagai individu, tetapi juga perusahaan atau organisasi. Sebagai individu, manusia ingin mencapai keberlanjutan karena peduli terhadap kesejahteraan sosial dan lingkungan. Sedangkan perusahaan atau organisasi perlu memastikan bisnisnya berkelanjutan dalam lanskap risiko yang senantiasa berubah.
“Penting bagi perusahaan untuk memaparkan perjalanan ESG dan inisiatif mereka secara transparan, akurat, dan tepat. Hal ini merupakan kunci untuk memperoleh dukungan dan kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan serta mencapai kesuksesan dalam perjalanan ESG organisasi,” ungkapnya.
Perubahan iklim, ujar Meita Laimanto, memiliki dampak sosial-ekonomi yang luas dan signifikan. Untuk mengatasi masalah tersebut pembiayaan berkelanjutan dan insentif dari pemerintah memainkan peran penting guna mendorong meluasnya penerapan pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dukungan Perbankan
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai salah satu stakeholders terus berupaya meningkatkan porsi pembiayaan terhadap sektor bisnis yang mendukung ekonomi hijau. Tercatat pada kuartal II-2023 Bank Mandiri telah menyalurkan Pembiayaan Berkelanjutan (Sustainable Financing) senilai Rp242 triliun atau 24,6% dari total kredit (bank only) atau meningkat 7,1% secara tahunan (year on year).
Adapun penyaluran yang termasuk kategori Pembiayaan Hijau (Green Financing) sebesar Rp115 triliun atau sebesar 11,7% dari total kredit (bank only), atau meningkat 10,2% secara tahunan.
Beberapa sektor yang mendominasi antaralain Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Hayati Berkelanjutan sebesar Rp95,6 triliun; Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar Rp8,9 triliun; Eco-Efficient Product sebesar Rp4,7 triliun; Transportasi Ramah Lingkungan sebesar Rp3,2 triliun; serta Green Building sebesar Rp1,8 triliun.
Citra Amelya Pane, Senior Vice President Head of Environmental, Social & Governance Group Bank Mandiri menyebutkan selain penyaluran pembiayaan berkelanjutan sesuai kriteria pada POJK 51/2017 (use of proceeds), Bank Mandiri juga terus melakukan pengembangan produk berkelanjutan seperti Sustainability Linked Loan (KPI Based), yang telah disalurkan antara lain pada debitur yang bergerak di sektor dengan emisi karbon tinggi seperti industri semen, perkebunan, dan peternakan.
“Bank Mandiri optimis ke depannya dengan skema pembiayaan tersebut dapat mendorong debitur bertransisi menuju kegiatan usaha yang lebih ramah lingkungan termasuk pada sektor properti,” ungkap Citra Amelya.
Ke depannya, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan produk atau jasa keuangan yang berkelanjutan (lending & funding), baik di segmen wholesale maupun retail sebagai jawaban atas meningkatnya kesadaran nasabah terkait isu keberlanjutan, ditambah lagi dengan berbagai program dan insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk mencapai target Nasional NZE pada tahun 2060. (aps)