ProDaily, Jakarta – Meski tetap diperlukan kewaspadaan, Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) optimistis industri perumahan khususnya perumahan subsidi masih menjanjikan di tahun depan. Hal itu didasari beberapa indikator positif yang bisa memacu program perumahan nasional.
Komisioner BP Tapera, Adi Setianto mengatakan beberapa indikasi positif di tahun 2023 antara lain pertama secara year to date terdapat 24 negara di dunia yang telah mengeluarkan data GDP kuartal III tahun 2022, dimana dari 7 negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi termasuk Indonesia.
Kedua, kenaikan suku tingkat bunga relatif moderat sebesar 175 bps dibandingkan negara lain menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang dipadukan dengan kebijakan fiskal yang terukur efektif untuk meredam peningkatan inflasi lebih lanjut.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 mencapai 5,72% secara tahunan dan tumbuh 1,81% secara kuartalan.
“Ekonomi Indonesia relatif kuat dalam menahan tekanan inflasi mengingat secara fundamental Indonesia mengalami surplus perdagangan 30 bulan berturut-turut karena berkah komoditas yang diikuti dengan kombinasi bauran kebijakan moneter sehingga penyesuaian tingkat bunga tidak agresif dibandingkan dengan negara-negara lain,” tegas Adi Setianto pada Economic Outlook dan Prospek Sektor Perumahan 2023 di Jakarta, Senin (19/12/2022).
Ditambahkan, berbagai bauran kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia bersama Pemerintah mulai dari peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM), peningkatan tingkat bunga terukur, serta kebijakan pendukung lainnya juga cukup efektif menjaga tingkat inflasi pada tingkat yang akseptabel. Sehingga International Monetary Fund (IMF) dalam rilis terakhirnya memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,3% tahun ini dan masih tumbuh 5% pada tahun 2023.
“Kami optimis, bahwa industri perumahan, khususnya perumahan subsidi masih menjanjikan di tahun mendatang. Kreativitas skema pembiayaan serta dukungan stakeholder dari ekosistem perumahan diyakini akan mampu mewujudkannya,” ujarnya.
Tahun 2023, penyaluran FLPP ditargetkan sebanyak 220.000 unit senilai Rp25,18 triliun. Sedangkan untuk pembiayaan Tapera sebanyak 10.000 unit senilai Rp1,05 triliun. Tercatat, realisasi penyaluran dana FLPP per 14 Desember 2022 sebesar 216.029 unit senilai Rp24,03 triliun. Sehingga penyaluran dana FLPP dari tahun 2010-2022 sebesar 1.159.608 unit senilai Rp99,21 triliun.
Hadir dalam diskusi dan pertemuan tersebut, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian PUPR Herry TZ, Chief Economist Bank BTN Winang Budoyo, Executive Director Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, Akademisi Ruslan Prijadi serta perwakilan dari Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR, OJK, Kementerian Ketenagakerjaan, Bank Penyalur dan Manajer Investasi.
Ruang Optimisme
Menurut Adi Setianto, tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran prospek perekonomian baik global maupun domestik dan implikasinya terhadap tingkat bunga serta pertumbuhan sektor keuangan (pasar keuangan dan pasar modal) sehingga menjadi dasar prospek sektor industri perumahan khususnya perumahan MBR tahun 2023.
Disamping juga untuk mendapatkan gambaran sumber dana pembiayaan jangka panjang berkelanjutan yang tersedia di pasar modal maupun investor lainnya.
Adi menyebutkan, adanya kecenderungan investor asing masuk dalam sebulan terakhir memberikan ruang optimisme untuk meningkatkan penghimpunan sumber dana pembiayaan perumahan. Pasar yang dinamis dan terus bertumbuh menjadi prospek investasi bagi dana yang digunakan pada pembiayaan perumahan sehingga informasi tersebut akan menjadi dasar penyusunan strategi dan rencana investasi finansial.
“Kami ingin mendapatkan gambaran prospektif potensi sumber dana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perumahan MBR sebagai bentuk mengembangkan sumber dana lain selain dana simpanan peserta maupun dana APBN yang selama ini menjadi sumber dana penyaluran pembiayaan rumah MBR” ujarnya. (aps)