ProDaily, JAKARTA – Indonesia harus memanfaatkan kekayaan budaya yang dimiliki untuk mendorong pengembangan industri ekonomi kreatif bangsa di tingkat global, termasuk dengan mengutamakan inovasi dan inklusi yang tidak memandang perbedaan dan keberagaman.
Penegasan tersebut diungkapkan Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Lichtenstein, I Gede Ngurah Swajaya, pada saat acara Festival Creativitas International “Cannes Lions International 2025” yang berlangsung dari tanggal 16-20 Juni 2025 di Kota Cannes, Prancis.
Menurutnya, sikap inklusivitas termasuk diantaranya dengan mendukung kesetaraan gender. Pasalnya, mayoritas pelaku budaya dan ekonomi kreatif di Indonesia adalah perempuan. Bahkan, Indonesia yang merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia pernah memilih seorang perempuan sebagai presiden perempuan pertama di Asia. Indonesia juga memiliki perempuan yang menjabat ketua parlemen (DPR-RI) selama dua periode berturut-turut.
“Karena itu, saya percaya bahwa perempuan telah memainkan peran penting dalam sejarah, politik, ekonomi kreatif dan pembangunan kebudayaan di Indonesia. Ini adalah salah satu kekuatan bangsa Indonesia yang tetap harus dijaga,” ungkap Ngurah Swajaya yang dikutip Senin (30/6).
Namun diakuinya, sikap inklusi itu bukan tanpa tantangan. Persoalan klasik yang masih harus dihadapi saat berbicara tentang kreativitas dan ekonomi digital adalah tentang literasi, yakni bagaimana negara memberikan akses nyata bagi perempuan terhadap pendidikan digital, ekonomi digital dan akses ke pendanaan.
Selain itu, ungkapnya, peran perempuan sangat penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas. Saat ini, sekitar 32% anggota parlemen di Indonesia adalah perempuan atau lebih tinggi dibandingkan kuota hukum sebesar 30%. Duta besar senior ini tidak hanya sekadar mengamati, bahkan dia juga mengambil tindakan nyata. Antara lain dengan menyelenggarakan acara tahunan di Singapura yang didedikasikan bagi perempuan-perempuan berpengaruh di kawasan regional termasuk perempuan Indonesia.
“Sebagai duta besar, setiap tahun saya menyelenggarakan acara untuk menampilkan perempuan-perempuan yang sangat berpengaruh dan cemerlang dari berbagai bidang, agar perempuan dapat saling menginspirasi,” ujarnya.
Menurut Ngurah Swajaya, dirinya berkeyakinan ketika perempuan terlibat dan saling bekerjasama, maka hasilnya akan sangat luar biasa.
Pendekatan ini sejalan dengan visi Rupa Dash, Founder The World Woman Foundation/WWF atau Yayasan Wanita Dunia yang berkantor pusat di Chicago, USA, yang turut hadir dan berpartisipasi dengan berbagai agenda di event “Cannes Lions International 2025”. Kedua tokoh pemimpin itu memiliki pandangan yang sama bahwa perubahan membutuhkan tindakan nyata dan kerja sama internasional.
Pacu Kreativitas
Rupa Dash mengatakan ekonomi kreatif menyumbang sekitar USD2,25 triliun setiap tahunnya, dan perempuan menjadi hampir setengah dari tenaga kerja di industri tersebut. Meski begitu, dia mengaku jika aspek kepemimpinan masih menjadi tantangan.
“Pertemuan di Cannes ini tidak hanya bertujuan untuk menutup kesenjangan itu, tetapi juga untuk membuka era baru disrupsi, dimana perempuan memimpin renaisans kreatif, mendorong kesetaraan dalam narasi media, serta membentuk budaya dari atas ke bawah,” jelasnya.
Ditambahkan Rupa Dash, Yayasan Wanita Dunia mengambil peran penting dengan mengusung tema-tema seperti potensi besar yang belum tergali dari perempuan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, peran budaya pop dalam menginspirasi anak perempuan di bidang Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika (STEM), serta kreativitas sebagai kekuatan perubahan sistemik dalam kesehatan Perempuan.
Selain itu, suara sebagai instrumen untuk advokasi iklim dan budaya dan mendefinisi ulang diplomasi, kesetaraan digital, serta keterlibatan merek yang autentik. (aps)