ProDaily, JAKARTA – Meski secara umum permintaan dan penyerapan ruang perkantoran di Jakarta masih melambat hingga kuartal I-2025, namun terobosan dan investasi terus dilakukan oleh para pelaku pasar. Salah satunya dengan menghadirkan kantor fleksibel atau flexible office.
Kantor berlayanan fleksibel adalah ruang kerja berperabotan lengkap dan terkelola yang disediakan untuk keperluan bisnis dengan ketentuan sewa yang fleksibel. Dilengkapi pula dengan fasilitas untuk bekerja lainnya seperti internet berkecepatan tinggi, ruang rapat, layanan resepsionis, hingga dukungan administratif, yang memungkinkan perusahaan fokus pada operasional mereka tanpa perlu khawatir tentang manajemen kantor.
Ada tiga jenis pelayanan utama yang disediakan kantor fleksibel atau flex office yakni kantor berlayanan pribadi, ruang kerja bersama (co-working), serta kantor virtual, yang masing-masing melayani gaya dan persyaratan kerja yang berbeda. Kantor pribadi adalah ruang kantor khusus berperabotan lengkap yang menawarkan privasi dan akses eksklusif untuk satu perusahaan.
Ruang kerja bersama adalah tempat sejumlah individu atau entitas bisnis dapat menyewa meja (untuk bekerja bersama-sama) atau ruang kantor. Sedangkan kantor virtual adalah fasilitas alamat bisnis dan dukungan layanan administratif tanpa ruang kantor fisik, yang memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan performance perusahaan dari jarak jauh.
Senior Director PT Leads Property Services Indonesia, Darsono Tan mengungkapkan saat ini proporsi kantor fleksibel baru sekitar 1,3% dari total pasokan ruang kantor di Jakarta dan sekitarnya. Hal itu menunjukkan ceruk pasar yang masih besar dan akan terus berkembang yang didorong oleh tren kerja hybrid dan tuntutan efisiensi biaya.
“Dalam lima tahun terakhir dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan pasokan kantor fleksibel di Jakarta mencapai 8,2% per tahun. Peningkatan itu mencerminkan ekspansi pasar yang berkelanjutan,” ungkapnya pada paparan Jakarta Property Market Insight Q1-2025 di Jakarta, Kamis (19/6).
Saat ini terdapat 146.000 meter persegi total pasokan ruang kantor fleksibel di Jakarta, dimana 78% diantaranya berlokasi di kawasan pusat bisnis atau central business district/CBD Jakarta. Tingkat hunian (okupansi) flex office rata-rata sekitar 79%, sedangkan harga sewa kantor fleksibel di Jakarta rata-rata sebesar Rp2,9 juta per orang per bulan.
Sekitar 52% dari total stok kantor fleksibel Jakarta didominasi oleh merek lokal. Hal tersebut mencerminkan kehadiran dan permintaan yang kuat dari pasar lokal. Go-Work menyumbang 32% dari total pasokan kantor fleksibel di Jakarta. Sementara itu, sekitar 48% lainnya dioperasikan oleh penyedia multinasional, dengan IWG menyumbang 28% dari total pasokan kantor fleksibel di Jakarta.

Dengan respon dan permintaan yang kuat, dilaporkan ada 82 kantor fleksibel lagi yang telah masuk ke pasar Jakarta dengan rata-rata ukuran setiap pusat kantor fleksibel sekitar 1.700 meter persegi atau setara dengan satu lantai penuh ukuran lantai gedung kantor konvensional.
“Sekitar 70% pasokan pusat kantor fleksibel di Jakarta terletak di dekat jalur MRT dan LRT, yang menggarisbawahi peran penting transportasi umum dalam membentuk preferensi pasar,” ungkap Darsono Tan.
Menurutnya, kantor fleksibel di SCBD memimpin tingkat hunian tertinggi di CBD Jakarta. Capaian tersebut memperkuat statusnya sebagai lokasi bisnis terpenting dan paling utama. Sementara permintaan tertinggi terjadi di koridor Sudirman dan TB Simatupang yang mampu mempertahankan permintaan yang kuat meski memiliki pasokan yang terbesar.
Sekitar 54% pusat kantor fleksibel di CBD Jakarta berasal dari area Sudirman dan SCBD, yang menawarkan rentang harga luas dan beragam sesuai pilihan ruang kerja. Secara rata-rata, harga flex office di CBD Jakarta adalah Rp3,1 juta per orang per bulan, dengan SCBD, Senayan, dan Sudirman menjadi koridor termahal, yang diuntungkan oleh akses MRT dan konektivitas utama.
Adapun potensi ekspansi kantor fleksibel, ujar Darsono Tan, akan berkembang ke arah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara yang saat ini memiliki persediaan kantor fleksibel yang masih terbatas, tetapi okupansinya kuat di atas 85%.
“Segmen menengah-atas sebagian besar terkonsentrasi di Jakarta Selatan, sementara Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Tangerang lebih condong ke segmen menengah,” paparnya.
Leads Property memproyeksikan, masih banyaknya ruang kantor kosong di Jakarta akan mendorong landlord dan penyedia kantor berlayanan untuk mengubah areanya menjadi layanan kantor fleksibel, yang meningkatkan penawaran gedung mereka. Meningkatnya permintaan kantor fleksibel didorong ketentuan komersial yang fleksibel seperti durasi sewa yang pendek, harga per orang, dan opsi perubahan ukuran yang lebih simpel.
Hingga kuartal I-2025 tercatat masih ada sekitar 3 juta meter persegi ruang kantor yang belum terserap oleh pasar di Jakarta, dengan sekitar 40% gedung perkantoran berstatus Grade A.
Lanjut Bertumbuh
Selama kurun waktu empat tahun sejak 2021, IWG telah meluncurkan 24 pusat baru di seluruh Indonesia, termasuk 18 di CBD Jakarta. Demikian pula, TEC (The Executive Center) berekspansi dengan dua pusat kantor fleksibel baru. Sementara merek lain seperti Go-Wo, Marquee, dan Servio juga dikabarkan memiliki rencana untuk ekspansi lebih lanjut.
Sejak memasuki pasar Jakarta lebih dari dua dekade lalu, TEC memantapkan diri menjadi penyedia solusi ruang kerja fleksibel premium paling tepercaya dan terdepan di kota terbesar utama di Indonesia tersebut.
Pusat TEC berlokasi di gedung-gedung ikonik kawasan SCBD seperti One Pacific Place dan Pacific Century Place. Pada kuartal IV-2024, TEC membuka centre terbaru di Jakarta Mori Tower, gedung prestisius di Jalan Jenderal Sudirman. TEC secara konsisten menghadirkan ruang kantor eksklusif, ruang co-working, dan fasilitas rapat untuk perusahaan multinasional dan bisnis yang sedang berkembang.
“Seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, kami terus bertumbuh sejak tahun 1997 untuk membantu perusahaan global masuk, berkembang, dan beradaptasi di setiap siklus pasar. TEC dibangun untuk terus berkembang mengikuti perubahan tersebut dan menjaga agar bisnis selalu selangkah lebih maju,” ujar Ferry Pranata, City Head The Executive Centre Indonesia.
Dengan ciri khas desain premium, teknologi tercanggih, sistem IT yang handal, serta pelayanan terbaik, TEC Indonesia terus menjadi acuan utama di industri ruang kerja fleksibel. Setiap lokasi dirancang untuk menyuguhkan pengalaman eksklusif yang terintegrasi, sejalan dengan kebutuhan perusahaan modern yang memadukan estetika, efisiensi, dan fleksibilitas dalam satu lingkungan kerja.
Keberhasilan jangka panjang TEC juga didukung oleh kemitraan yang kuat dan kolaboratif dengan para pemilik properti, di mana TEC bekerja sama dengan pemilik gedung dan manajer aset untuk meningkatkan nilai properti melalui integrasi ruang kerja fleksibel.
“Model kemitraan kami memberikan keunggulan strategis bagi para pemilik gedung dengan menggabungkan penciptaan nilai aset jangka panjang dan penawaran ruang fleksibel berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan modern,” jelasnya.
Ferry Pranata menyebutkan, pendekatan berbasis kepercayaan telah menjadikan TEC sebagai mitra pilihan bagi penyewa maupun pemilik properti.
TEC adalah penyedia ruang kerja fleksibel premium di Asia, yang berpusat di Hong Kong. Sejak beroperasi pada tahun 1994 kini TEC memiliki lebih dari 220 centre di 36 kota dan 16 negara. TEC juga tercatat sebagai bisnis kantor servis terbesar ketiga di Asia. (aps)