ProDaily, JAKARTA – Pasar gedung perkantoran hijau yang berkembang di Jakarta mengindikasikan peningkatan kesadaran dan penerapan prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) di sektor properti.
Data Knight Frank Indonesia mengungkapkan bahwa gedung perkantoran bersertifikat hijau, seperti yang memiliki sertifikasi GBCI, Greenmark, LEED, WELL, dan sebagainya kini mewakili 14% dari total luas lantai bruto (GFA) gedung perkantoran di CBD Jakarta, mencapai 1.076.404 meter persegi.
“Permintaan akan ruang kerja berkelanjutan cukup stabil, terutama untuk ruang perkantoran premium,” ungkap Knight Frank Indonesia.
Tingkat hunian gedung bersertifikat hijau menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan gedung perkantoran konvensional sebanyak -3%. Namun, rata-rata pertumbuhan harga sewa untuk ruang kantor berkelanjutan ini secara signifikan lebih tinggi antara 25%-30%.
Perbedaan sewa ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti lokasi, usia bangunan, fitur smart technology, building specification, supporting facilities, amenities dan lainnya. Meskipun demikian, tren gedung perkantoran hijau ini diperkirakan akan terus tumbuh seiring dengan matangnya pasar ESG.
Sebagai contoh, pasar dari gedung perkantoran bersertifikat BREEAM di Inggris mampu meningkatkan nilai properti bagi investor dan pemilik. Di London, gedung perkantoran dengan peringkat BREEAM ‘Sangat Baik’, ‘Sangat Baik Sekali’ dan ‘Luar Biasa’ mengalami kenaikan sewa antara 3,7% sampai 12,3% dalam sepuluh tahun.
Adopsi ESG
Knight Frank juga mengamati peningkatan adopsi ESG di pasar perkantoran. Survei tahun 2023 menunjukkan bahwa investor Eropa dan Asia memprioritaskan efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, dan fasilitas pengisian kendaraan listrik (EV) saat mempertimbangkan akuisisi properti.
Saat ini, gedung perkantoran hijau di Jakarta umumnya dilengkapi dengan infrastruktur pengisian EV, integrasi energi terbarukan, serta sistem konservasi dan daur ulang air dan sampah, serta pemantauan konsumsi energi.
Disebutkan, pertumbuhan pasar gedung perkantoran hijau di Jakarta membuktikan bahwa pelaku industri properti dan penyewa/occupier semakin sadar akan pentingnya ESG. Knight Frank melihat minat yang meningkat pada bangunan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat sosial dan didukung oleh tata kelola yang kuat.
“Prestise juga menjadi nilai tambah dari gedung perkantoran berbasis ESG. Kami prediksikan tren ini akan terus berlanjut seperti pasar Asia Pasifik, karena semakin banyak perusahaan memasukkan ESG ke dalam strategi bisnis mereka,” kata Jackie Cheung, Direktur ESG Knight Frank Asia Pasifik dan Singapura. (aps)