ProDaily, JAKARTA – Emiten properti, PT Intiland Development Tbk (DILD) optimistis kondisi bisnis properti sepanjang 2024 akan lebih baik dibandingkan tahun lalu, meski masih di bawah bayang-bayang ketidakstabilan global. Stabilitas ekonomi di dalam negeri yang kuat menjadi sinyal positif bagi para pelaku bisnis untuk melakukan investasi.
“Dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya strategis yang dimiliki, Intiland meyakini mampu menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan setiap peluang untuk menciptakan pertumbuhan usaha secara berkelanjutan,” ungkap Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, Theresia Rustandi kepada wartawan di Jakarta, baru-baru ini.
Dia berharap perbankan juga masih menahan diri untuk menaikkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Menurut Theresia, dengan kondisi industri properti saat ini yang masih belum pulih sepenuhnya diyakin akan menjadi pertimbangan bank untuk menaikkan bunga KPR, meski bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) baru saja dinaikkan sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23 – 24 April lalu.
“Kami berharap perbankan masih sangat paham sebetulnya kondisi industri properti sekarang. Jadi dengan mereka memahami, mereka tahu kalau serta merta menaikkan bunga tidak akan memperbaiki kondisi,” tuturnya.
Menurut Theresia, perbankan bisa berkolaborasi dengan pengembang agar tingkat bunga KPR tetap dapat terjangkau konsumen. Kenaikan bunga KPR bank yang aman di tengah kondisi pasar saat ini sebesar tidak lebih dari 1% diyakininya tidak akan membebani konsumen
“Bank punya profit yang cukup besar, karena itu pengembang berharap bank masih mau berkorban sedikit agar tingkat suku bunga kondusif,” harapnya.
Target Prapenjualan
Dia pun berharap eskalasi geopolitik dunia dapat mereda karena langsung atau tidak langsung akan berdampak pada biaya bahan material untuk konstruksi. Meskipun Intiland selama ini telah mengunci biaya tender material agar tidak terdampak besar jika terjadi lonjakan harga bahan material.
Dengan optimisme tersebut, Intiland Development mengaku tidak ada rencana dan pembahasan untuk merevisi marketing sales atau prapenjualan yang sepanjang 2024 ditargetkan sekitar Rp2 triliun.
“Sejauh ini kami yakini penjualan tidak akan banyak berdampak imbas kenaikan bunga acuan BI dan ketidakpastian ekonomi maupun geopolitik global,” ungkap Theresia.
Sepanjang tahun lalu, realisasi marketing sales mencapai Rp950,7 miliar atau 40% dari yang ditargetkan sebesar Rp2,4 triliun. Perolehan ini turun 2% dibandingkan dengan marketing sales tahun 2022 yang mencapai Rp1,08 triliun.
Kontribusi marketing sales Intiland di 2023 terutama masih berasal dari penjualan di segmen kawasan perumahan sebesar Rp450,7 miliar atau tercapai 34,8% dari target sebesar Rp1,29 triliun, lalu segmen mixed use dan high rise Rp161,8 miliar atau sebesar 21% dari target, dan penjualan dari segmen pengembangan kawasan industri memberikan kontribusi sebesar Rp338,2 miliar atau 99% dari target senilai Rp342 miliar
Saat ini, perusahaan masih memiliki cadangan lahan seluas 1.900 hektare yang tersebar di Jakarta, Banten, dan Surabaya. Dari 1.900 hektare tersebut, sebanyak 1.200 hektare berada di Maja, Banten. “Pengembangan hunian di Maja masih menunggu sejumlah hal termasuk kesiapan infrastruktur dan konektivitas di kawasan itu,” pungkas Theresia. (aps)