ProDaily, Jakarta – Melihat tren riset dan survei yang dilakukan sejumlah lembaga konsultasi properti dan property technology (proptech) sejak awal tahun lalu, beberapa subsektor properti sudah menunjukkan tren pemulihan, meskipun belum seperti kondisi pra-pandemi. Tren arah pemulihan industri properti ini perlu tetap dijaga.
“Mayoritas sudah menunjukkan pemulihan, meski dalam tren kecil. Sebut saja subsektor kawasan industri yang terus bertahan bahkan bertumbuh sejak masa pandemi hingga saat ini,” kata Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Ikang Fawzi, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, di semester I-2022 transaksi di kawasan industri tercatat meningkat dibandingkan periode serupa tahun 2021. Stok lahan industri di Bodetabek juga terus bertambah. Hal itu sekaligus memperlihatkan adanya optimisme pasar, sehingga pengembang juga tetap ekspansi dengan menambah cadangan lahan industri.
Subsektor ritel di semester I-2022 juga semakin membaik didorong pelonggaran aturan pandemi berimplikasi positif terhadap dinamika aktivitas peritel. Salah satu strategi yang dilakukan peritel adalah dengan menerapkan kolaborasi digital untuk mendukung kegiatan belanja.
Di subsektor residensial, permintaan terhadap rumah tapak (landed house) terus ada meski di tengah situasi pandemi. Bahkan rumah tapak menjadi andalan pengembang. Berdasarkan data riset Rumah.com, menurut Ikang, tren permintaan dan harga rumah tapak terus memperlihatkan tren meningkat secara kuartalan, meski dalam persentase tipis.
“Pasar apartemen memang yang paling terdampak selama pandemi, sehingga permintaan masih tertahan. Meski penjualan terdampak, namun pengembang tetap membangun proyek baru yang memperlihatkan adanya optimisme pasar di subsektor hunian vertikal ini,” ungkap rocker era 80-an itu.
Sejumlah lembaga riset mengungkapkan permintaan unit apartemen atau kondominium di Jakarta selama semester I-2022 masih stagnan. Hal itu diperparah dengan masih tingginya stok apartemen di pasar sehingga menekan harga jual. Konsultan riset properti Knight Frank Indonesia menyebutkan penyerapan penjualan apartemen tercatat tidak jauh berbeda dibanding dua tahun terakhir selama masa pandemi.
“Ada harapan di tahun ini akan terjadi turning point (titik balik) kebangkitan subsektor residensial termasuk apartemen. Hal itu terlihat dari indikasi pertumbuhan ekonomi yang terjaga dan inisiatif pengembang untuk melanjutkan proyek mereka yang tertunda,” kata Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat.
Tetap Kompak
Ikang berharap semua subsektor properti akan kembali mencapai titik pulih setidaknya seperti masa sebelum pandemi Covid-19. Namun, dia mengingatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder) baik pelaku usaha dan pemerintah untuk kompak dan bersatu dalam menjaga arah pemulihan sektor properti ini.
“Dari sisi regulasi, pemerintah perlu tetap memberlakukan kebijakan yang pro-pasar dan pro-konsumen, salah satunya dengan memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDTP) yang berakhir di akhir September 2022 ini. Stimulus ini sudah terbukti efektif dalam membantu daya beli konsumen,” tegasnya.
Pemerintah juga diharapkan membenahi sistem pengelolaan rumah susun (rusun) yang masih belum jelas dan berpotensi besar menimbulkan banyak konflik kepentingan . Menurut Ikang, pemerintah perlu peduli dengan mencarikan solusi terbaik sehingga pasar apartemen menjadi lebih menarik. Apalagi, sektor properti sudah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional termasuk dari sisi perpajakan.
“Kontribusi sektor properti terhadap perekonomian nasional sangat besar yakni sebesar 13,6% dan mampu menyerap 8,5 juta pekerja dengan multiplier efek terhadap 175 industri terkait. Namun sayangnya, masih kurang diperhatikan oleh pemerintah,” pungkasnya. (aps)