ProDaily, Jakarta – Tumbuh kembang anak bukan saja tergantung kepada orang tua tetapi juga dipengaruhi oleh hunian dan lingkungan tempat tinggal. Karena itu, memilih rumah di lingkungan yang baik, sehat, aman dan dilengkapi fasilitas kesehatan memadai sangat mutlak.
Hal tersebut diungkapkan Dokter Spesialis Anak Kurniawan Satria Denta yang menjadi narasumber pada acara diskusi media bertema “Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Hunian Sehat Dan Asri” di Synthesis Huis, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (26/7/2022).
Dalam diskusi yang sekaligus memperingati Hari Anak Nasional tersebut, Denta (demikian dia akrab disapa) menambahkan bahwa hunian adalah salah satu faktor yang sangat memengaruhi perkembangan anak. Agar tumbuh kembangnya optimal, anak harus diberikan asih dan asuh, selain rasa aman dan nyaman.
“Dalam 1.000 hari pertama anak, interaksi orang tua dan anak itu sangat penting. Dan interaksi itu semua berawal dari rumah atau hunian. Stimulasi dan gerak anak menjadi tidak optimal salah satu faktornya disebabkan luas hunian yang kurang memadai, ventilasi dan udara yang tidak baik, serta aksesibilitas yang buruk,” ungkapnya.
Selain itu, pada masa pertumbuhan anak tidak hanya berinteraksi dengan anggota keluarga tapi juga dengan lingkungan sekitar. Karenanya, fasilitas umum yang ada di komplek hunian sudah seharusnya didesain seaman mungkin untuk anak.
“Tumbuh kembang itu dipengaruhi oleh kesehatan anak. Kalau anak sakit, tentu perkembangannya bisa terhambat. Untuk itu, di rumah perlu memaksimalkan ventilasi cahaya dan udara, termasuk sanitasi dan sumber air,” papar Denta.
Perhatikan juga material yang aman saat anak beraktivitas. Misalnya menempatkan railing pada tangga dan karpet di lantai. Hal lain yang perlu diperhatikan orang tua sebelum membeli rumah adalah lokasi, dimana akses harus mudah dijangkau.
Denta menjelaskan jarak antara rumah dengan kantor juga perlu dipertimbangkan, karena interaksi anak dan orang tua berpengaruh pada tumbuh kembang anak dalam jangka Panjang.
Hal senada diungkap Psikolog Klinis Muharini Aulia. Menurutnya, dalam mendukung pertumbuhan anak baik fisik maupun mental dibutuhkan ruang privasi seperti rumah (keluarga), termasuk pula ruang publik agar anak dapat berinteraksi dan bersosialisasi secara aman dengan sekelompok usia anak yang sama.
Perkembangan anak usia 0-5 tahun, ujar Rini (demikian dia akrab disapa) sebenarnya masih fokus pada interaksi dengan orang tua. Sebaiknya di usia tersebut, orang tua sudah mempersiapkan beragam aspek termasuk pendidikannya. Jika di kawasan perumahan seperti Synthesis Huis ini menyediakan semacam day care atau pra school, maka anak dapat belajar dan berinterkasi.
“Ini akan mempermudah memantau tumbuh kembang anak, jika kedua orang tuanya bekerja,” jelas Rini.
Ditambahkan, dari sisi psikologis keberadaan kawasan hunian yang sehat sangat mendukung anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Pihak developer juga dapat menyediakan area hijau sebagai sarana publik. Menurut Rini, orang tua memiliki peran untuk memperkenalkan dan membiasakan anak berinteraksi di ruang publik.
“Umumnya anak itu selalu melakukan hal baru. Apalagi jika pihak developer menyediakan area bermain anak maka itu akan dapat mengembangkan imajinasi mereka di alam terbuka,” papar Rini.
Komitmen Lingkungan
Sementara itu, pengembangan kawasan hunian Synthesis Huis sejak awal sudah memberikan perhatian pada optimalisasi konsep lingkungan sehat. Perumahan yang dikembangkan PT Synthesis Karya Pratama tersebut berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur, dengan dukungan banyak hutan kota.
Aldo Daniel, Managing Director Synthesis Huis mengatakan pihaknya berupaya mengoptimalkan penataan lingkungan dari berbagai hal. Tidak hanya maksimal dalam hal arsitektur bangunan dan interior, tetapi juga berusaha menciptakan lingkungan hunian yang nyaman.
“Synthesis Huis menggandeng Umar Zain menghadirkan urban artistic landscape dengan memaksimalkan tata lansekap seluruh kawasan Synthesis Huis menjadi lebih hijau yang dapat dinikmati tanpa batas oleh para penghuninya,” jelas Aldo.
Synthesis Huis merupakan iconic residential project yang mengusung konsep Biophilic Homes bergaya arsitektur Skandinavia yang disesuaikan dengan iklim di Indonesia.
Menurutnya, setiap unit hunian memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya, memiliki jendela dan halaman terbuka di area belakang rumah, membantu cahaya masuk, tersedia cross ventilation udara, serta indoor garden di unit tertentu.
“Kami juga memberikan sentuhan unsur alam berupa taman di dalam rumah,” paparnya.
Selain taman di dalam rumah, ungkap Aldo, Synthesis Huis juga berlokasi dekat dengan hutan kota Cijantung, dan menempatkan green spine pedestrian antar unit hunian, serta membangun fasilitas publik termasuk taman bermain anak di dekat hutan kota untuk interaksi penghuni.
“Terkait fasilitas publik di dekat hutan kota kami sedang berkoordinasi dengan dinas terkait, tetapi yang jelas kami berkomitmen untuk memberi ruang luas buat tumbuh kembang anak yang tinggal di sini, karena anak-anak ini adalah masa depan bangsa,” pungkas Aldo. (rin)