ProDaily, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) berkomitmen untuk terus menggenjot kredit sektor properti di tahun ketiga pandemi Covid-19 sebagai salah satu bentuk upaya pemulihan ekonomi nasional. Hal tersebut mengingat sektor properti memiliki multiplier effect lebih dari 170 subsektor industri yang dapat menjadi salah satu penggerak perekonomian nasional.
Dengan segala tantangan tersebut, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) atau BNI Griya meningkat 8% secara tahunan (year on year/yoy) per Februari 2022. Secara keseluruhan kinerja KPR perseroan pada tahun ini bisa tumbuh lebih tinggi.
“Tren pertumbuhan kredit properti pada kuartal I-2022 cenderung meningkat khususnya KPR BNI Griya, di mana per Februari 2022 mencapai Rp49,8 triliun, tumbuh di atas 8% (yoy),” ungkap Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies lewat keterangan persnya.
Menurut Corina, pertumbuhan KPR pada dua bulan pertama tahun ini telah meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Dijelaskan pihaknya memberikan berbagai penawaran menarik kepada para calon debitur BNI Griya.
“Program BNI Griya yang ditawarkan antara lain suku bunga mulai 3,4% fixed 2 tahun pertama, cicilan ringan dengan opsi bayar bunga saja hingga 2 tahun pertama, serta kemudahan pengajuan KPR secara online dengan eForm BNI Griya yang dapat diakses melalui website BNI, BNI mobile banking atau ketik http://bit.ly/eFormBNIGriya,” jelas Corina.
Ke depan, BNI akan terus berinovasi untuk memberikan yang terbaik untuk nasabahnya.
Pertumbuhan Kredit
BNI di kuartal I-2022 optimistis dapat mencatatkan kinerja yang baik dengan pertumbuhan kredit yang berkisar 6-7% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut seiring dengan mulai berjalannya aktivitas ekonomi dari sejumlah segmen.
“Secara overall pada kuartal I-2022 kami optimis pertumbuhan kredit mengalami tren yang positif pada kisaran 6% sampai 7%,” kata Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini.
Dikatakan, pertumbuhan kredit pada kuartal I tahun ini diyakini lebih tinggi dibandingkan dengan kredit akhir 2021 yang meningkat 5,4% (yoy). Artinya, terdapat tren perbaikan pada permintaan dan penyaluran kredit di BNI.
“Peningkatan sekitar 6% hingga 7% tersebut didukung oleh berbagai sektor industri, di antaranya sektor manufaktur, sektor konstruksi, serta pemulihan pada sektor perdagangan dan sektor transportasi atas kelonggaran kebijakan pemerintah terkait Covid-19,” jelas Novita.
Berdasarkan, laporan keuangan bulanan BNI, kredit yang disalurkan per Februari 2022 sebesar Rp575,49 triliun, meningkat 5,43% dibandingkan dengan kredit per Februari 2021 yang senilai Rp545,86 triliun. Dengan demikian, terjadi akselerasi pertumbuhan kredit yang lebih tinggi per Maret 2022.
Perbaikan juga tercermin dari restrukturisasi kredit BNI yang semakin melandai. Per Maret 2022 kredit yang diberikan stimulus tersisa Rp69,63 triliun. Nilai tersebut turun Rp2,5 triliun dari posisi akhir 2021 yang sebesar Rp72,13 triliun.
Corporate Secretary BNI, Mucharom menambahkan BNI tidak hanya mampu mencatatkan pertumbuhan kredit positif tetapi juga peningkatan kualitas kredit yang utamanya terlihat dari restrukturisasi kredit yang semakin rendah.
“Pelaku usaha terdampak mulai semakin percaya diri prospek kinerja bisnisnya sehingga sudah dapat melakukan cicilan seperti sebelum pandemi,” ungkapnya.
Ekspansi yang dilakukan BNI pada masa pemulihan ekonomi ini semakin berkualitas, sehingga membuat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) juga semakin turun. Tahun lalu, perseroan melaporkan penurunan NPL 60 basis poin (bps) menjadi 3,7% dibandingkan posisi 2020 yang sebesar 4,3%. Sedangkan, NPL per Maret 2022 kembali membaik ke level 3,46%. (hna)