ProDaily, Tangerang Selatan – Sepuluh pelukis modern dan kontemporer yang telah menorehkan sejarah dalam perkembangan senirupa Indonesia akan memamerkan hasil karyanya pada 26 Maret – 10 April 2022 di TEKA Real Wood Flooring Gallery Jl. Jalur Sutera Kav. 29B, No.36-37 Paku Alam, Alam Sutera, Tangerang Selatan.
Ke-10 pelukis itu Syakieb Sungkar, Amrus Natalsya, KP Hardi Danuwijoyo, Nisan Kristiyanto, Erman Sadin, Sarnadi Adam, Indyra, Sukriyal Sadin, Chryshnanda Dwilaksana dan Revoluta S. Pembukaan pameran tersebut berlangsung Sabtu, 26 Maret oleh pencita dan kolektor lukisan, Wina Armada, S.A.
Pameran lukisan bertajuk Art Kembang Kayu tersebut merupakan kolaborasi seni Lukis dengan interior cantik lantai kayu dari salah satu brand terkemuka lantai kayu di Indonesia, TEKA dari PT Tanjung Kreasi Parquet Industry (TKPI), anak perusahaan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group).
Direktur TKPI, Muhammad Hamdani, mengatakan pameran lukisan Art Kembang Kayu yang melibatkan 10 seniman seni rupa Indonesia tersebut merupakan langkah awal TEKA dalam mengapresiasi ide kreatif para seniman sekaligus sebagai bentuk kolaborasi interior lantai kayu dengan para seniman Indonesia.
“Bagi kami, lantai kayu atau dinding kayu bukan hanya sebuah produk melainkan sebuah karya dari keberagaman dan keunikan dari setiap pohon untuk menciptakan keindahan dari suatu ruangan,” kata Muhammad Hamdani saat pembukaan pameran lukisan tersebut, Sabtu (26/3/2022).
Melalui pameran tersebut, kata dia, para seniman memiliki alternatif baru memamerkan karyanya sekaligus memberikan ruang bagi TEKA untuk memperkenalkan produk lantai kayu premium kepada khalayak yang lebih luas di dalam negeri.
Menurut Hamdani, produk engineered floorings merek TEKA telah dikenal di lebih dari 44 negara tujuan ekspor seperti Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Timur Tengah, China, Korea Selatan dan sejumlah negara di Asia Tenggara. Pabrik TEKA berlokasi di Temanggung Jawa Tengah, di atas lahan seluas 17 hektar.
Dijelaskan, produk parket atau lantai kayu alami tersebut telah digunakan untuk bangunan terkenal di dalam dan luar negeri serta telah dipercaya oleh beberapa brand global untuk penggunaan lantai kayu pada interior jaringan gerainya.
“Sejauh ini produk kami lebih dikenal di pasaran ekspor. Namun dalam beberapa tahun terakhir kami juga serius mengembangkan pasar lokal, salah satunya ditandai dengan pembukaan TEKA Wood Flooring Gallery pertama di Alam Sutera,” ujarnya.
Selain menjadi bentuk kontribusi PT TKPI dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group) bagi perkembangan seni lukis di Tanah Air, Hamdani juga tidak menampik jika ke depan TEKA dapat melakukan kolaborasi lebih lanjut dengan para seniman lukis nasional untuk memproduksi lantai kayu bermotif lukisan tertentu.
Kurator Art Kembang Kayu, Anna Sungkar, menyampaikan terimakasih atas dukungan penuh PT TKPI dan DSN Group dalam memajukan seni lukis nasional dengan menyediakan tempat bagi 10 pelukis untuk memamerkan karya seni mereka di TEKA Wood Flooring Gallery, Alam Sutera.
Dia mengatakan karya para seniman lukis yang dipamerkan kali ini sebagian besar secara kebetulan mengarah kepada karya yang berbau lirisisme. Tentu saja, banyak karya-karya di luar lirisisme yang cocok juga untuk dipadankan menjadi bagian elemen interior, namun semuanya sangat bergantung dari situasi dan preferensi para arsitek dan pemilik rumah.
Keberagaman pilihan juga diperhatikan dalam pameran ini, disesuaikan dengan luasnya selera masyarakat yang semakin hari semakin maju daya apresiasi seninya.
“Namun pada akhirnya karya-karya lukis yang dipamerkan akan terasa cocok dengan keunikan permukaan kayu yang terdapat pada parket dan dinding kayu olahan di galeri TEKA ini,” ujar Anna Sungkar.
DNA Pelukis
Kolektor lukisan, Wina Armada menjelaskan karya-karya perupa yang hadir dalam pameran Art Kembang Kayu ini mewakili DNA atau jati diri pelukisnya masing-masing. Melihat daftar para peserta pameran, menurut Wina, jelas sudah mulai menemukan DNA dan brand masing-masing. Peranan kurator Anna Sungkar diakuinya memperjelas jejak DNA masing- masing pelukis.
“Maka pameran ini menjadi sarana yang saling melengkapi dengan penggunaan medium kemajuan teknologi. Dengan demikian, pameran ini bukan sekedar etalase karya-karya perupa, tetapi juga merupakan sebuah unjuk eksistensi brand dari DNA masing-masing peserta pameran,” pungkas Wina Armada. (aps)