ProDaily, MALANG – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau Bank BTN tengah bertransformasi menjadi bank modern dan kekinian untuk mengikuti perkembangan era digital yang tumbuh pesat saat ini. BTN menerapkan enam inisiatif strategis untuk merealisasikan proses transformasi tersebut.
Enam inisiatif strategis tersebut meliputi sentralisasi proses kredit konsumer dan komersial, sentralisasi proses operasional ke wilayah dan kantor pusat, optimalisasi kantor cabang pembantu (KCP) yang tidak produktif, implementasi sales center yang fokus pada penjualan KPR emerging affluent, implementasi KCP UMKM serta implementasi pengembangan BTN Mobile dan digital mortgage ecosystem.
Salah satu transformasi terbesar yang sukses dijalankan Bank BTN adalah mengubah fungsi kantor cabang mereka menjadi lebih fokus kepada bisnis daripada kegiatan operasional. BTN juga melakukan substitusi layanan ke digital channel dengan menutup outlet dan KCP yang dinilai tidak produktif.
Sejak 2019, BTN telah menutup 157 outlet dan KCP yang tidak produktif, dari semula berjumlah 769 jumlah outlet dan KCP menjadi hanya 612 outlet dan KCP.
“Branch transformation telah kami implementasikan sejak April 2022 dan telah menunjukkan hasil yang maksimal terhadap produktivitas dan efisiensi Bank BTN,” kata Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP Napitupulu, pada acara diskusi media di Malang, Jawa Timur, Sabtu (19/8).
Selain branch transformation, Nixon juga menyebutkan bahwa performa digital channel BTN sampai dengan semester I-2023 tumbuh secara signifikan didorong oleh pengembangan pada mobile banking, QRIS Merchant, serta EDC.
Hingga saat ini, jumlah pengguna New BTN Mobile tercatat 621 ribu user, visitor BTN Properti telah mencapai 28,7 juta pengunjung, sedangkan di BTN Properti for Developer ada sekitar 7.940 developer yang telah menjadi member aplikasi tersebut.
Berbekal transformasi yang sudah dilakukan tersebut, Bank BTN menargetkan beberapa sasaran kinerja yang akan dicapainya pada tahun ini.
Menurut Nixon, target bisnis BTN untuk 2023 adalah kredit tumbuh kurang lebih 10 persen yang ditopang oleh KPR subsidi, KPR non-subsidi dan kredit high yield. Kemudian Fee Based Income ditargetkan sebesar Rp2 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 10 persen dengan fokus pada peningkatan Giro dan Tabungan, NPL di bawah 3 persen, Cost to Income Ratio (CIR) kurang dari 50 persen dimana beban operasional hanya tumbuh sekitar 6 persen.
Dia memperkirakan kondisi perbankan pada 2024 mendatang akan semakin membaik. “Dengan indikator makro yang semakin kondusif, kondisi perekonomian dan perbankan nasional di tahun depan diprediksi akan semakin membaik,” ujar Nixon.
Direktur Consumer Bank BTN Hirwandi Gafar menambahkan kebijakan stimulus yang dikucurkan pemerintah selama ini telah berdampak kepada sektor perumahan yang dibuktikan dengan pertumbuhan positif kredit perumahan dibanding kredit di sektor lainnya.
“Optimisme terhadap sektor perumahan diyakini masih akan terus tumbuh mengingat besarnya dukungan pemerintah,” sebutnya.
Menurut Hirwandi, sektor realestat merupakan salah satu sektor usaha yang terus tumbuh positif bahkan ketika pandemi melanda. Hal ini merupakan indikasi bahwa sektor perumahan masih berpotensi untuk terus tumbuh secara berkelanjutan di masa mendatang terlebih dengan terus bertambahnya jumlah keluarga baru dan adanya dukungan kemudahan untuk memiliki rumah.
Ditambahkan, pasar perumahan di Indonesia didukung adanya potensi 5,8 juta milenial yang belum memiliki rumah, dimana 90 persen diantaranya memiliki penghasilan kurang dari 10 juta per bulan.
Pertumbuhan Transaksi
Direktur IT & Digital Bank BTN Andi Nirwoto menjelaskan, Digital Banking Bank BTN terus berkembang dan berinovasi dalam memenuhi kebutuhan transaksional perbankan nasabah dan menunjang kerja karyawan dalam memberikan pelayanan maksimal kepada nasabahnya.
“Performance mobile banking BTN dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan baik dari posisi user, jumlah transaksi maupun volume transaksinya,” kata Andi.
Hal itu bisa dibuktikan dari peningkat jumlah transaksi melalui mobile banking BTN yang tahun ini diprediksi bisa menembus angka 262 juta transaksi atau diperkirakan naik 51 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Bahkan jika dilihat rata-rata per bulan, pertumbuhannya mencapai 83 persen, di mana pada tahun 2022 jumlah transaksi melalui mobile banking BTN baru mencapai 14.532.788 transaksi per bulan. Sementara sepanjang 2023, rata-rata transaksi per bulan menembus 26.630.375 transaksi.
Sementara itu, Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo menegaskan bahwa proses transformasi membutuhkan perjalanan yang panjang yang tidak cukup dilakukan hanya dalam kurun waktu setahun ataupun dua tahun.
Meski begitu, diakui sejak 2020 hingga 2021, BTN telah meletakkan pondasi terhadap bisnis perseroan. Yang pertama dilakukan bank khusus perumahan itu adalah memperbaiki tata kelola sebagai pondasi untuk memperbaiki kinerja perseroan.
“Selain itu ada perubahan proses bisnis, perubahan pengolahan bisnis dan cara kita memberikan keputusan bisnis juga kita atur tata kelolanya,” jelasnya.
Setiyo Wibowo menambahkan, proses disrupsi digital Bank BTN mulai dilakukan pada tahun 2022 hingga 2023 ini, dimana BTN tetap fokus terhadap KPR, tetapi juga mulai membuka segmen-segmen baru. (rin)