ProDaily, Jakarta – Investasi properti di wilayah Asia Pasifik terus meningkat yang memicu tingkat persaingan di kawasan ini semakin ketat. Kepercayaan investor terhadap industri realestat di Asia Pasifik akan terus menguat dan menjadi tantangan tersendiri bagi investor di 2022.
Data Jones Lang LaSalle (JLL) Investor Sentiment Barometer 2022 mengungkapkan 82% investor melihat persaingan aset sebagai tantangan signifikan untuk strategi investasi pada 2022. Selain itu, 9 dari 10 responden berharap peningkatan modal investasi realestat di Asia Pasifik pada 2022. Segmen logistik, residensial, perkantoran, dan sektor alternatif lainnya akan terus dicari khususnya untuk wilayah Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
Kelompok investor yang sama juga menyadari pentingnya diversifikasi strategi penanaman modal untuk mengimbangi persaingan yang semakin ketat dalam perebutan aset-aset yang ada. Menurut analisis JLL, banyak investor berencana melakukan diversifikasi lintas sektor dan menanamkan modal investasinya dengan menargetkan aset di sektor logistik, residensial, kantor, dan sektor alternatif lainnya.
CEO Capital Markets Asia Pasifik JLL, Stuart Crow menyebutkan persaingan dalam memiliki aset akan muncul sebagai salah satu tema yang menentukan untuk pasar realestat komersial Asia Pasifik pada 2022.
“Terlepas dari peningkatan volatilitas di pasar ekuitas global, kami melihat persaingan memperebutkan aset realestat akan berlanjut, dan kelangkaan produk mengakibatkan banyak investor fokus pada kesepakatan platform dan M&A,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Investasi logistik akan terus meningkat secara signifikan pada tahun ini, di mana 9 dari 10 responden memiliki rencana berinvestasi lebih besar di sektor ini pada 2022 dibandingkan tahun 2021. Di urutan kedua, ada sektor residensial yang menjadi sektor investasi paling menarik setelah logistik.
Namun, meski ada keterbatasan peluang di luar Jepang, hasil survei juga menunjukkan bahwa investasi di aset produk residensial terlihat semakin menarik dan 7 dari 10 investor ingin meningkatkan eksposur pada sektor tersebut.
Sementara sektor perkantoran tetap menjadi fokus banyak investor dengan 6 dari 10 responden tahun ini berencana untuk meningkatkan investasi pada sektor ini.
Sebagian investor juga merancang ulang strategi dan level toleransi risiko mereka untuk menghadapi kompetisi aset sesuai dengan yang diharapkan. Performa yang membaik dari sektor realestat beberapa waktu belakangan ini, lingkungan investasi yang kompetitif, dan adanya kebutuhan mendasar untuk menempatkan dana berujung pada fokus yang lebih besar terhadap strategi investasi core-plus.
“Di saat yang sama, ada hampir 60% investor yang akan memfokuskan lebih banyak sumber daya pada investasi platform atau ekuitas untuk menunjang strategi investasi langsung yang sudah ada,” kata Stuart Crow.
JLL meyakini adanya optimisme di pasar realestat Asia Pasifik yang diperkuat oleh pandangan investor properti yang paling berpengaruh di dunia.
“Namun, kami berharap optimisme ini dapat berujung pada diversifikasi strategi investasi di tengah lanskap real estat komersial yang matang secara regional,” kata Chief Research Officer Asia Pasifik JLL Roddy Allan.
JLL mensurvei para pemimpin investasi teratas dari 37 investor global dan regional dengan dana kelolaan (AUM) gabungan lebih dari US$2 triliun pada rencana, strategi, dan outlook umum investasi mereka tahun 2022.
Sebagian besar responden survei mengidentifikasi diri mereka sebagai manajer real estat dan/atau ekuitas swasta 74 persen, mewakili beberapa investor realestat dan manajer aset terbesar di dunia.
Sebelumnya, lembaga riset Knight and Frank juga mengeluarkan The Wealth Report yang mencatatkan investasi modal swasta pada sektor properti komersial yang masuk di dunia secara global mencapai US$405 miliar di 2021.
Nilai tersebut menunjukkan peningkatan 52% dibanding tahun sebelumnya dan tumbuh 38% di atas rata-rata lima tahun sebelum pandemi.
Knight Frank Attitudes Survey 2022 untuk The Wealth Report mengungkapkan bahwa 23% dari UHNWIs berencana berinvestasi langsung pada sektor properti komersial. Sementara itu, 20% dari total responden berencana berinvestasi pada DIRE (Dana Investasi Real Estate), debt funding, dan eco-funding.
Timbal Balik Investasi
Neil Brookes, Head of Global Capital Markets di Knight Frank menyebutkan, bagi para UNHWIs, properti komersial dinilai memiliki nilai timbal balik investasi tinggi.
“Properti komersial juga dinilai cenderung stabil terhadap inflasi dbandingkan kelas aset lainnya,” jelas Brookes berdasarkan rilisnya.
Berdasarkan sektor properti, investasi akan paling banyak mengarah ke sektor perkantoran 43%, lalu diikuti industri logistik 17%, dan residensial 16%. Para UHNWIs juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi pada sektor kesehatan 40%, masa pensiun 28%, pusat data atau data center sebesar 26%, dan ilmu pengetahuan 23%.
Will Matthews, Head of Commercial Research di Knight Frank, menambahkan 2022 nampaknya akan menjadi tahun yang berjaya bagi investasi properti komersial, dengan modal swasta diperkirakan akan mewakili seperempat dari semua kegiatan investasi.
“Temuan kami menunjukkan bahwa pemacu utama dalam investasi berasal dari investasi pada lingkungan, inflasi, dan rotasi aset,” jelas dia. (aps)